Sempat Diguyur Hujan, Malang Flower Carnival 2016 Tetap Puaskan Pengunjung #MFC1


Malang Flower Carnival (MFC) sukses digelar pada hari Minggu kemarin (04 September 2016). Acara ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Malang, dan juga Universitas Negeri Malang (UM), sebagai pelopor terbentuknya MFC. Yang mana ide penyelenggaran MFC ini tercetus dari salah satu Dosen Tata Busana UM. Sehingga sampai sekarang menjadi acara tahunan yang paling ditunggu-tunggu masyarakat Malang Raya, dan juga dari pengunjung luar kota, hingga wisatawan manca negara.

Pada gelaran Malang Flower Carnival ke-7 ini mengusung tema “Archipelago Cultural Festival”. Dengan inspirasi dari Kesenian dan Kebudayaan Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia amat sangat kaya akan kesenian dan kebudayaannya. Acara MFC kemarin kembali diadakan di Sepanjang Jalan Ijen, dengan start dimulai dari Simpang Balapan, hingga berakhir di depan Museum Brawijaya.

Menghadiri MFC kali ini saya seorang diri. Tetapi sebelumnya sudah janjian sama teman saya Jefri, untuk ketemu langsung di lokasi. Sekitar pukul 12.16 WIB saya berangkat dari kosan. Jaraknya tidak terlalu jauh, mungkin sekitar ± 3km dari kosan, atau jarak tempuh yang hanya memerlukan ± 9 menit dengan menggunakan motor. Dengan catatan jalanan tidak macet, hihi. Susah terhindar sih!, pasti ada saja macetnya.
Setelah memarkirkan motor di sekitar Pahlawan Trip, saya kemudian mendekat ke arah panggung utama. Sejak dari parkiran kerumunan warga sudah terlihat jelas memadati sepanjang jalanan Ijen. Ada yang bersama temannya, berkelompok, sama keluarga dan seorang diri, seperti saya, hahhaa. Yap, sembari menunggu Jefry tiba, saya mencoba mendekati ke sekitar panggung utama.

[panggung acara, tepat di depan Simpang Balapan]

[tenda tribun bagi para tamu dan undangan]

[pintu start bagi peserta flower carnival]

Semakin mendekat ke arah panggung, pengunjung makin banyak. Mereka sudah mempersiapkan dan menempati posisi masing-masing lebih awal. Ada yang menunggu sambil duduk di atas tikar, jongkok, dan tak sedikit pula yang rela bertahan berdiri. Semua sengaja dilakukan supaya nantinya tetap kebagian posisi terdekat dengan pagar.

[hampir di setiap sisi pagar dipenuhi pengunjung, nyaris tidak ada celah tersisa]

[areanya sudah diambil alih, mengamankan lokasi lebih awal :D]

Saya sempat bingung mencari celah kosong yang tersisa. Repot nih kalau tidak dapat paling depan pagar, soalnya postur tubuh saya yang pendek akan kesulitan melihat peragaan carnivalnya, hihi. Tak lama kemudian saya tanpa disengaja bertemu dengan Nora, teman dari kampus lama, ia saat itu berdua sama ibunya. Mereka mencari penjual makanan, lapar katanya, hihi.

Waktu terut bergulir, dan awan mendung yang memang terasa sejak keberangkatan dari kosan, sekarang terlihat semakin pekat. Mungkin prediksi saya tidak sampai hitungan jam hujan akan mengguyur daerah ini. Orang-orang pun pada bergerutu, kenapa tidak cepat dimulai. Padahal sesuai jadwal pukul 13.00 WIB parade kostumnya akan mulai tampil.
Dan benar, sekitar pukul 13.38 WIB gerimis mulai terasa, tanpa menunggu lama hujan turun dengan derasnya. Hingga sanggup memecah kerumunan pengunjung. Termasuk saya yang tidak melengkapi diri dengan payung. Ah, memang belum punya sih, hehe. Kami sebisa mungkin menjauh dari pagar dan berusaha mencari tempat untuk berteduh.

[hujannya lumayan deras, pengunjung berlarian
mencari pohon untuk berteduh. Iyah, seperti kamu ini, Cho :D]

[ini mereka satu keluarga yang sudah prepare membawa mantel masing-masing]


Kebanyakan dari pengunjung sudah mempersiapkan diri dengan payung, ada yang mengenakan mantel, menutupi kepalanya dengan tikar yang sebelumnya mereka pakai sebagai alas duduk. Jadi bisa bertahan meski derasnya hujan yang turun. Namun, tak sedikit pula yang minim persiapan, sehingga harus berlari-lari mencari pohon terdekat di sekitar.



[enak nih pakai mantel. Saya mah polosan, hihi *curhat]

[pengunjung yang siaga dengan payung-payungnya]

Lingkungan di sana adalah perumahan, yang mana tidak ada tempat berteduh selain pohon besar di luar pagar rumah. Jadi bisa dikatakan posisi berteduh terbaik adalah di bawah ranting dan dedauan pohohnya. Parahnya, kami berada di sekiar pepohonan yang tak banyak memiliki daun, bahkan keberadaannya tak banyak membantu menahan jatuhnya rintik hujan dari langit. Sehingga guyuran hujan tak bisa kami hindari. Tetap basah.

Bersamaan itu juga tanpa disengaja bertemu dengan adik kandungnya Kiki, yang bernama Bagus. Sebelumnya saya tidak kenal secara personal, hanya pernah melihat Kiki memasang DP saat lebaran bersama kedua adiknya, termasuk Bagus. Mulanya karena kami senasib, haha. Sama-sama kehujanan dan neduh pun bersebelahan *cieee. Berawal dari sana obrolan kami dimulai.

Hingga pada pembahasan mengenai kuliah, dan singkat cerita; akhirnya diketahuilah kalau dia adik kandung sahabat karib saya, si Kiki. Loh!, kami sempat bergumam, benar-benar tidak menyangka dipertemukan dengan cara seperti ini. Sama-sama basah kehujanan pula, haha. Benar kata pepatah yang mengatakan “dunia tak selebar daun kelor”, hihi. Mulai deh, Cho! lebay :P.

Saya sempat sms Kiki, ngasik tahu kalau ketemu adiknya. “Kik, aku ketemu mbek (sama) adekmu, Bagus. Ahahahahaha”, saya ketawa panjang rasanya puas ngabarin dia :D. Lalu kemudan ia balas dengan penuh tanya “Di mana, kok tau?”. Hhaha, jelas kaget kok bisa sampai tahu, soalnya kami sebelumnya belum pernah ketemu secara langsung dan bahkan belum saling kenal.

Sejak itu kami terus bersama, mencari posisi yang kosong diantara padatnya pengunjung yang tetap bertahan meski hujan masih terasa cukup membahasi tubuh kami. Berteduh di pohon sama yang padahal jelas tidak banyak memiliki dauh, lagi-lagi dedaunan yang ada tidak mampu menahan jatuhnya air hujan. Tetap saja basah, haha. Pasrah sudah, ke tempat lain malas pindah, hehe.

Sebenarnya kami tidak masalah kehujanan, tapi justeru kami menghawatirkan barang elektronik yang dibawa saat itu. Untungnya tas selempang samping saya dilengkapi rain cover. Sisanya saya sembunyikan dalam jaket di depan dada, hehe. Aman, masih bisa terkendali.

Hujan sempat redah, tapi dalam hitungan menit kembali deras. Jadinya para peserta tidak kunjung dilepas oleh panitia. Imbasnya penonton makin bergerutu, karena merasa sudah sejak tadi mereka menunggu acara yang tak kunjung dimulai. Badan basah, kaki mulai pegal berdiri lama.

Penantian lama kami akhirnya pecah. Terhitung sejak pukul 14.16 parade kostum dimulai, penonton yang sempat jongkok pada berdiri lagi, yang ada di bawah pohon pun juga mulai kembali merapat ke sisi pagar terdekat. Pertunjukan pertama diawali oleh pertunjukan marching band, kemudian diikuti para Kakang dan Mbakyu Kota Malang

[Kakang dan Mbakyu Kota Malang]

[pasukan Star Wars mengawal parade kostumnya]

[Bumblebee dan Gundam turut hadir, loh!]

Sorak pengunjung mulai menggema dengan kemunculan para tokoh dari film fiksi di atas. Kostum cosplay juga meramaikan acara MFC kali ini. Ada pasukan Star Wars, Gundam, hingga Bumblebee dari film Transformer. Mereka mengawali sebelum para peserta lewat, dan seolah kehadiran mereka ingin memastikan acara MFCnya berlangsung dengan aman, tanpa ancaman dari luar. Alah.

[yang kanan merupakan peserta pertama]


Meskipun tadi penonton sempat terkena guyuran hujan, mereka tetap antusias menyaksikan satu persatu parade kostumnya. Seakan basahnya tubuh mereka tidak menyurutkan semangatnya dalam menyaksikan Malang Flower Carnival kemarin. Mulai dari menunggu lama, kehujanan, kedinginan sudah pasti. Kepuasan pun terbayar dengan pertunjukan peserta yang mengagumkan.


Memang sih, kali masih beruntung, pasalnya hujan tidak bertahan lama. Meskipun sempat reda dan kemudian turun hujan lagi. Pesertanya juga tidak langsung dilepas saat itu juga. Mungkin karena pertimbangan akan menghambat jalannya parade kostumnya, terutama bagi pesertanya. Percikan air bisa menambah berat konstum yang sebelumnya memang sudah terasa di tubuh masing-masing peserta.


Pihak penyelenggara sepertinya tidak mempertimbangkan waktu pelaksanaan MFC yang selalu dimulai siang hari. Padahal, setahu saya, Kota Malang kerab kali turun hujan dimulai waktu siang hari, biasanya pukul 13.00 WIB ke atas, mesti selalu dipastikan turun hujan. Bak waktu sakral yang menjadi patokan dimulainya turun hujan untuk Kota Malang.

Barangkali tahun depan bisa dimulai lebih pagi lagi. Misalnya seperti Pawai Karvanal Malang yang dimulai sejak pukul 08.00 WIB, bagi peserta dan keberangkatannya pukul 10.00 WIB. Jadi siangnya sudah pada lepas semua. Sedangkan kemarin, pukul 11.00 WIB peserta baru berkumpul. Jadinya terlulang lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, yang mana acaranya tak bisa terhindar dari guyuran hujan.

Baca Tulisan Lainnya:

6 Komentar. Tambahkan Komentar »

  1. Ramainya. Kalau di Sidoarjo, pawai selalu pagi. Mbayangno kostum yg terkenaa air hujan. Emane padahal mahal lho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemungkinan turun hujan pagi jarang yah mbak, di sini siang kalau MFC. Hihi, tata riasnya luntur, dan parahnya itu mbak Tatit, eman kostumnya kalau kena hujan :D

      Hapus
  2. Belum pernah nonton secara langsung kernaval beginia.

    Menarik mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahun depan mbak Dita ke Malang, sembari berlibur :D

      Hapus

Silahkan tinggalkan komentar Anda. Apapun itu, selama tidak merugikan, merendahkan, dan menghina golongan tertentu. Baik itu berupa kritik maupun saran terkait bahasan di atas. Terima kasih atas komentar dan kunjungannya yah :)