Tapi sayang, ketika
acara Kampoeng Genitri Tempo Doloe,
saya tidak sempat menyaksikan kemeriahannya. Soalnya pada waktu itu saya lagi berada
di rumah, Madura. Perlombannya pun hanya beberapa yang sempat saya saksikan,
seperti Getok Kendi berisi air, futsal
anak-anak, lomba makan kerupuk. Yang mana terbagi dua kategori; bagi anak-anak,
dan untuk ibu-ibunya. Uniknya main futsal sambil menyelempangkan kuda lumping. Jadi
kebayang dong ribetnya main bola sambil mengenakan atribut begituan :D.
Lucu-lucu
perlombaanya dan pasti juga bikin kewata-tawa, huaha. Sebenarnya banyak lagi
jenis permainan yang diperlombakan, seperti; balap karung, memasukkan paku dalam botol, gigit koin dalam pepaya dan
futsa tingkat remaja. Tapi lokasinya tidak dekat kosan, diadakan di depan
balai RW 04 sana.
Dari serangkaian acara di atas, tibalah di malam acara puncak
peringatan HUT Kemerdekaan RI, yakni pensi bertajuk “Gebyar Seni Warga Genitri RW 04, Pisang Candi”, yang digelar tadi
malam (27 Agustus 2016). Acaranya
sendiri dimulai sejak pukul 19.00 WIB atau setelah ba'diyah sholat Isya’. Lokasi acaranya tepat di depan kantor balai RW 04, Pisang Candi. Dengan ditandai berdirinya panggung insidentil khusus acara pensinya.
Padahal saya pribadi baru pukul 20.42 WIB, mulai merapat ke dekat panggung,
hihi. Jadi tidak mengikuti acara dari awal. Karena masih ada yang dilakukan.
Tapi berdasarkan informasi dari Limnas sini, bapak Sodiq, dan salah satu anggota TNI berseragam (yang tidak
sempat saya ketahui namanya, maaf. Seragaman loh, Cho!, ampun, Ndan :D), dari
pemaparan beliau-beliau, bahwa acara ini dihadiri oleh Ibu Camat Sukun, Lurah
Pisang Candi, Danramil Sukun, salah satu anggota DPRD (beliau warga daerah
sini), dan tentunya Pak Gatot Setiaji, selaku Ketua RW 04, beserta perangkat RT RW 04
lainnya.
Yang sempat saya
ikuti pertama waktu penyerahan hadiah dari perlombaan sebelumnya. Dimulai dari
penyerahan juara futsal, sebagai simbolis dan sekaligus mewakili pemenang
lainnya. Sementara juara-juara lainnya; balap karung, pukur air kendi, memasukkan paku dalam botol, dan
gigit koin dalam pepaya, pengambilan hadiah langsung ke belakang panggung
menemui mbak Diah. Lalu pra-acara ditutup dengan doa, sekitar pukul 21.03 WIB.
[penyerahan hadiah oleh bapak Gatot Setiaji, selaku Ketua RW 04]
Setelah itu
penampilan Parade Busana Tradisonal dari
beberapa provinsi yang ada di Indonesia. Cuantik-cuantik, pun juga
abang-abangnya, cakep-cakep. Berpasang-pasangan mengenakan busana daerah
tertentu. Seperti diantaranya mewakili Sumatra Utara, Jawa Timur, Jawa Barat,
DKI, ada juga Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Papua,
dan lainnya.
Untuk pertama muncul
sosok putri perempuan dengan didampingi dua laki-laki membawa bendera merah
putih. Sang Putri membawa sejenis guci warna emas, di dalamnya berisi bunga dan
di tengahnya terdapat lilin menyala. Jadi, setiap kali perwakilan busada daerah ke luar, ala peragaan busana, lalu sebelum merapat ke barisan, mereka menghadap
putri itu sembari mengambil bunga dan menjeptnya di ujung jari mereka. Terus
berulang, hingga pasangan terakhir.
[ada sekitar 12 baju tradisional yang ditampilkan]
Selain menampilkan peragaan busana, penonton juga mendapat informasi
lebih mengenai tiap-tiap daerah yang diwakilkan. Mulai dari keunikan daerahnya,
makan khas, tarian, dan yang berkaitan dengan budayanya. Jadi tak hanya hiburan
semata, tapi juga diselipi informasi juga. Setelah puas menyaksikan parade
busana, selanjutnya tibalah diacara puncak. Penampilan dari seluruh perwakilan RT 01 sampai RT 12, RW 04, Pisang Candi.
Malam semakin larut, hawa dingin khas
Malang yang biasanya mampu meresap ke sekujur tubuh. Tapi malam
itu nyaris tak terasa, saking padatnya pengunung yang hadir. Lumayan sesak dan dempet-dempetan.
Kendatai seperti itu, para pengunjung tetap setia, dan justeru semakin malam
makin ramai. Mereka masih antusian menyaksikan satu demi satu pertunjukannya. Apalagi
saat perwakilan RTnya tampil, mereka pada bersorak menyambutnya.
[warga banyak yang hadir menyaksikan pertunjukannya]
Perwakilan setiap RTnya kebanyakan masih diwakili orang-orang yang
sama, begitu juga busana yang mereka kenakan sebagian pernah ditampilkan waktu karnavalnya.
Namun berbeda saat karnaval, yang mana hanya menampilkan gerakan terbatas,
karena mereka sambil berjalan kaki. Tapi di atas panggung, mereka menampilkan
tarian, dan pertunjukan teatrikal lainnya. Lebih atraktif lagi.
Nah, dari sekian penampilan, saya paling antusias pada perwakilian RT 09. Ada apa, Cho?, lah, saya ketemu lagi sama anak kecil yang ‘tatapannya gemesin’, hihi. Kalau kalian masih ingat foto dia waktu karnavalnya, di tulisanini. Ternyata malam itu dia kembali tampil, dan baru tahu juga ternyata dia warga RT 09. Tetanggang dong dik sama kakak :D *Om, Cho!, Kakak nah :P. Saya di RT 10nya :D.
[lihat gerakan adik kecilnya lucu, gemesin]
Malam itu dia dan kelompoknya
membawakan penampilan berjudul “Goyang Kreasi International”, duh,
lucunyaaa. Apalagi dia sendiri yang umurnya paling muda, berada di
tengah-tengah, bak ketuanya saja, hihi. Jadi waktu ketemu lagi, saya heboh
sendiri, senyam-senyum dan ngabadikan anak kecil itu. Iyah, fokus ke anak
kecil, banyak sekali, haha. Lucunya diaaaa :D. Dan saya pun berhasil mendapati tatapan khasnya. Nih, coba kalian perhatikan
:D
[perhatikan foto di atas. mungkin tidak begitu jelas,
di bawah saya perbesar]
di bawah saya perbesar]
[adiiiiiiik,
lagi-lagi tatapanmu itu, looh!
*cubit sampai nangis. Loh :D.
lalu lihat tatapan ia pada saat karnaval]
*cubit sampai nangis. Loh :D.
lalu lihat tatapan ia pada saat karnaval]
Benar-benar membuat
saya gemes, seriusan, hihi. Sampai saat ini saya masih belum tahu namanya. Tapi
ada peningkatan, setidaknya sudah tahu dia warga RT 09. Dan, penampilan peserta
lainya tak kalah heboh. Seperti perwakilan RT 07, wih, ini paling menyedot
perhatian. Pengunjung ketawa semua, hhaha. Lagi-lagi sunyinya malam tak mampu menahan
gemuruh tawa para warga.
Sayangnya tepat
pukul 22.43 WIB, batre kamera saya lemah, dan sudah tidak sanggup lagi
mengabadikan momen yang tersisa. Padahal masih banyak penampilan peserta yang
belum naik ke atas panggung. Seperti adanya tarian Tanduk Majeng, yang bersalal dari tanah kelahiran saya, Madura. Aah, tidak bisa diabadikan lagi.
Oh iyah, saya masih beruntung, tepat sebelum habis, saya masih sempat motret
penampilan dari RT saya, yakti RT 10.
Yeah :D.
[perwakilan RT saya
nah, hihi. Sekaligus jepretan terakhir]
Sebelumnya lupa ngecharge batre, jadinya tidak nutut. Apalagi
saya terlalu boros ngerekam peragaan busana tradisional. Padahal penampilan itu
belum masuk acara puncak. Banyak penampilan anak-anaknya, yang juga lucu-lucu. Dan
saya salut sama adik-adik yang tampil, bahkan pukul 23.00 WIB, mereka masih ada
yang di belakang panggung menunggu giliran. Meski tampil selarut itu, tapi tak
mengurangi semangat dan penampilannya.
Hingga pukul 00.02
WIB, acara penutupan berlangsung. Sebelumnya berakhir disuguhi penamplian acoustic dari mahasiswa Unmer Malang. Secara
keseluruhan meriah dan sukses menghibur warga setempat. Kepulangan penonton
menyisahkan senyum, banyak cerita yang bisa mereka lanjutkan sesampainya di
rumah. Pun kepuasan para pesertanya saat berhasil menampilkan pertunjukkan yang
memancing tepuk tangan meriah para penontonnya.
Acara pensi seperti
ini pasti ada setiap tahunnya. Sebagai acara puncak penutupan dari serangkaian
acara yang ada. Berbeda dengan karnaval yang sempat dihadirkan dua tahun
sekali. Karena pertimbangan dana, kasihan sama warga. Soalnya pembiayaan
dilakukan dari swadaya masyarakat sendiri. Tapi seperti informasi yang pernah saya
sampaikan sebelumnya,
bahwa karnaval di sini akan diupayakan ada setiap tahun kedepannya.
Menyambut hari Kemerdekaan selalu ada saja acara kerakyatan yang dihadirkan. Semangat nasionalisme warga sini mereka salurkan, diantaranya wujud partisipasi memeriahkan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta. Dan dengan adanya acara seperti ini, membuktikan warga RW 04, Pisang Candi, pada kompak. Pun semangat gotong-royongnya patut diacungi jempol. Salut!.
***
Baca Tulisan Lainnya:
Seru banget ya padahal baru setingkat RW. Gimana di tingkat yang lebih tinggi? Pasti lebih rame dong :)
BalasHapusSeru mbak, ini belum tingkat kelurahan mbak. kalau kelurahan kayak karnaval, ada juaranya, kalau RW tidak ditentukan, buat hiburan saja.
Hapuswah ini kegiatan positif sebagai penyalur bakat anak dan remaja kampung
BalasHapusIya betul mbak Tira, tersalurkan berkat adanya acara seperti ini. sebagai pembuktian dan melatih mental mereka juga :D
Hapus