Lalu lintas malam kota Malang hari itu terasa lebih padat. Ruas jalanan hampir tidak banyak celah yang tersisah. Cuaca dingin kota Malang sepertinya sedikit banyak menolong aspal jalanan yang panas karena gesekan ban kendaraan. Apalagi cuaca malam itu lagi mendung, hingga tak nampak bintang-bintang berkilauan di langit.
Apalagi memasuki
kawasan Alun-alun kota, semakin padat dan bahkan parkiran di ruas Jalan Merdeka
Selatan tidak menyisahkan ruang sedikitpun. Sehingga saya yang saat itu (Sabtu, 01/10) ingin
memasuki alun-alun diarahkan parkir ke dalam pelataran Kantor Pos Malang Pusat.
Mau malam mingguan, Cho?, ya enggak, masak malam mingguan sendirian tidak ada
yang menemani. Hah, sendiri?, yap,
hhaha *curcol. Saya ke sana bukan tanpa tujuan, tidak mungkin sendirian ke tempat
umum seperti itu. Apalagi alun-alun loh, pasti banyak orang-orang yang
menghabiskan malam di sana bersama keluarga, atau remaja-remaja yang lagi bersama
teman-temannya.
Malam Minggu kemarin
di sana ada Road
Show Apresiasi Film Indonesia (AFI). Sudah tahu AFI, kan?, bukan, bukan acara pencarian bakat menyanyi
di tv swasta itu. AFI ini merupakan apresiasi terhadap insan perfileman di
Indonesia. Dengan menitik beratkan pada nilai budaya, kearifan lokal dan juga
pembangunan karakter bangsa.
AFI 2016 sudah memasuki tahun ke-5. Dan terselenggaranya AFI ini merupakan program Pusat
Pengembangan Perfilman, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) Republik
Indonesia yang bekerjasama dengan Badan Perfilman Indonesia.
“AFI adalah suatu ajang yang diprakarsai oleh
Kemendikbud. Apresiasi Film Indonesia ini bukan merupakan tandingan dari FFI
atau festival film-film lainnya,”
menurut Ibu Rita Siregar dalam
sambutannya.
Seperti diketahui di
Indonesia ada beberapa ajang penghargaan bagi insan perfilman. Seperti yang
disebutkan Ibu Rita, ada FFI (Festival
Film Indonesia), atau untuk film pendek ada ISFF (Indonesian Short Film Festival), yang diselenggarakan oleh
SCTV, maupun Festival Film Pendek
Indonesia, yang diadakan oleh KompasTV.
[Ibu Rita
Siregar dan Donny Damara, didampingi kedua pembawa acara Road Show Apresiasi Film Indonesia 2016 di Kota Malang]
Dalam road show ini selain dihadiri oleh Ibu Rita Siregar, selalu Kepala Sub Bidang
Pengembangan Perfileman (Pusbangfilm), Kemendikbud.
Juga dihadiri aktor kawakan Indonesia, Donny
Damara. Pemeran ayah Dahlan Iskan di film Sepatu Dahlan dan beliau sekaligus
sebagai ketua AFI 2016. Dan tentunya dihadiri para sineas
perfilman Kota Malang sendiri.
[Penonton
di sisi sebelah timur]
[Penonton
di sisi sebelah barat]
Tapi sayangnya saya tidak bisa ikut yang di UMM, karena hari itu bertepatan dengan acara Affiliate Aja dari MatahariMall.com. Jam mulai acara memang berbeda, tapi daripada hanya sebentar dan menghindari telat di acara berikutnya, jadinya terpaksa fokus ke acaranya Mataharimall.com saja.
Baca juga: Mengenal Affiliate Marketing bersama MatahariMall.com
Pada acara road show kali ini pun diadakan nobar
(nonton bareng) film. Rencananya ada dua film karya anak bangsa yang akan
diputar, yaitu Sepatu Dahlan dan Play On (garapan mahasiswa UMM). Oleh sebab itu saya bela-belaain
meskipun seorang diri untuk berbaur dengan kerumunan pengunjung Alun-Alun Kota
Malang.
Sebelum pemutaran
filmnya pertama-pertama ada acara bagi-bagi hadiah, dilanjutkan penampilan Tari
Kontenporer dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Brawijaya (UB) Malang. Lalu yang kedua penampilan dari dua orang
bermain intrumen biola. Dan saat itu pula gerimis mulai turun.
[Dua
mahasiswa dan mahasiswi FIB UB bermail biola]
Para penonton di
luar tenda yang tadinya duduk-duduk di depan layar, mereka semua beranjak
berdiri dan mencari tempat berteduh. Saya juga menepi ke tribun sebelah timur,
mencari ranting yang penuh dedaunan. Lumayan, bisa menahan jatuhnya gerimis
yang tak terlalu deras. Sementara penampilan acara hiburan terus dilanjutkan,
dan setelah itu diisi oleh penampilan musik akustik.
[Penampilan
musik akustik. Tetap tampil meski gerimis]
[Diambil
dari tribun sebelah timur. Terlihat gerimisnya, yah?]
Di balik foto di
atas ada beberapa poster film yang menjadi pemenang di ajang-ajang sebelumnya
dan juga para nominasinya. Diantaranya ada film Mata Tertutup (Pemenang Film
Cerita Panjang Bioskop, AFI 2012),
nominasi lainnya seperti film Cita-citaku Setinggi Tanah, Soegija, Tanah Surga
Katanya, Brandal-Brandal Ciliwung.
Masih di deretan
yang sama, untuk AFI 2013,
terpampang deretan poster film yang masuk nominasi diantaranya; 9 Summers 10
Autumns, Demi Ucok, Cinta Tapi Neda dan sebagai juaranya adalah film Atambua 39
Derajat Celsius. Tapi maaf belum sempat dapat foto dari depannya :D.
[Banyak
yang befoto dengan latar belakang ini]
Beranjak dari
sebelah sana tepatnya di belanang tenda penonton, yang juga jadi favorit
pengunjung untuk berfoto dengan latar belakang gambar di bawah atas. Padahal
ini germis loh, tapi orang-orang betah berkeliaran di area terbuka. Memang sih
tak membuat bahasah kuyup, tapi lama-lama juga bisa basah dan kedinginan.
[Deretan
poster film AFI 2014 dan 2015. Sisi barat]
Nah, untuk sisi
sebelah barat juga ada deretan poster pemenang dan juga nominasinya. Pada AFI 2014, di sana terpampang ada film
Sebelum Pagi Terulang Kembali sebagai juaranya. Untuk nominasinya ada Selamat
Pagi Malam, Cahaya Dari Timur dan Beta Maluku. Sedangkan tahun kemarin atau AFI 2015 nominasinya ada film Filosopi
Kopi, Tabula Rasa, Sokola Rimba dan film Siti sebagai pemenangnya.
Sementara pemutaran
film pertama baru sejak pukul 20.21 WIB.
Penonton yang sempat meninggalkan tempatnya mulai merapat lagi. Meski sudah
tidak seramai yang pertama tadi. Tapi penonton masih antusias menyaksikan film
pertama ini. Dan bersyukur juga saat pemutaran film gerimis perlahan mulai
redah. Jadi penonton sebagian mulai kembali merapat ke sekitar layar.
[Penonton nobar sisi sebelah timur]
[Penonton nobar sisi sebelah barat]
Namun, tak lama film
pertama diputar atau mungkin sekitar 13 menit yang lalu. Gerimis kembali turun
dan kali ini semakin deras terasa. Buyar, buyar, hhehe. Penonton pada berhamburan
menepi ke tempat-tempat yang dirasa sanggup melindungi tubuh mereka dari air hujan.
Kalau kali ini bukan lagi gerimis, tapi sudah bisa disebut hujan. Soalnya lumayan
deras sekali.
Penonton banyak yang
berteduh di sebelah barat. Karena di sana ada tenda kosong tanpa kursi, jadi mampu
menampung banyak pengunjung. Tapi masih ada juga yang bertahan di bawah
pepohonan di sekitar tribun. Pun mereka yang siap dengan payungnya. Bisa bertahan
meski hujan menimpanya. Aman.
Suasana nobar jadi
tidak seru lagi. Sebagian besar penonton berdiri neduh, dan merasa kedinginan. Meski
mereka masih bisa menyaksikan dari posisi masing-masing. Tapi sudah tidak
nampak begitu jelas seperti sebelumnya. Selain posisi mereka yang menyamping dan
juga agak jauh dari layar.
Saya pun masih
bertahan di bawah tenda bersama yang lainnya. Sampai pukul 21.52 WIB masih belum
redah. Hampir sejam lebih neduh di sana. Tanpa membiarkan tubuh ini kedinginan lebih
lama lagi dan rasanya sudah mulai ingin merebahkan tubuh di kasur, hihi. Jadinya
saya memilih pulang saja.
Suasana malam saat itu
memang kurang mendukung. Apalagi acara nobar film di area terbuka seperti itu.
Turun hujan, sudah, suasana bakal berubah. Mau apa-apa jadi serba tidak nyaman
lagi. Belum lagi dinginnya kota Malang yang ditambah kedinginan karena terkena
air hujan.
Entah yah, apakah film kedua juga jadi diputar atau keburu ditinggal penonton lainnya. Entah, berhubung saya pulang bahkan sebelum film pertama selesai. Kalau hujan-hujan seperti ini saya jadi ingat acara Malang Flower Carnival 2016 bulan lalu pun kena hujan juga.
Baca Tulisan Lainnya:
ih seruuuu banget, kalau saja ada ajang seprti ini di kotaku pasti nonton
BalasHapusNobarnya serunya sebentar mbak, suasana diwarnai turunnya hujan, hihi.
HapusSetuju :D
HapusNanti film saya masuk kategori itu haha :D
BalasHapusWah keren, Amin, semoga terwujud :D
HapusKeren malang :D
BalasHapus